Presiden Venezuela Hugo Chavez Peringatkan Rencana AS di Libya
Presiden Venezuela, Hugo Chavez mengatakan pada Senin (28/2) waktu setempat bahwa ia tidak akan mengutuk pemimpin Libya, Moammar Gaddafi dan ia memperingatkan bahwa AS mempersiapkan sebuah invasi negara Afrika Utara tersebut untuk merebut kendali atas persediaan minyak negara tersebut.
"Sebuah kampanye kebohongan sedang dipintal bersamaan sehubungan dengan Libya," kata Chavez dalam sebuah pidato televisi pada sebuah keramaian lulusan yang baru saja menerima gelar diploma dari universitas negeri.
"Saya tidak akan mengutuknya (Gaddafi). Saya akan menjadi seorang pengecut jika saya mengutuk seseorang yang telah menjadi teman saya."
Pemerintah AS berada di balik kampanye untuk menyingkirkan Gaddafi, ia mengatakan.
"AS telah mengatakan bahwa pihaknya siap untuk menginvasi Libya, tidakkah Anda lihat? Dan hampir semua negara-negara Eropa mengutuk Libya … Apa yang mereka inginkan. Mereka saling mengusap tangan mereka bersamaan. Minyak adalah apa yang penting bagi mereka," ia mengatakan.
Chavez mencatatakan bahwa sejumlah negara telah mengtutuk Gaddafi karena mengambil tindakan keras pada rakyat Libya yang telah bangkit menentang dirinya.
"Mungkin mereka memiliki informasi yang kita tidak miliki," ia mengatakan.
Chavez mengecam AS karena memindahkan angkatan laut dan angkatan udaranya mendekat ke Libya di tangah-tangah pembahasan internasional aktif tentang mengajukan sebuah zona bebas terbang di atas negara Libya, dan ia memperingatkan bahwa para pejabat AS mempersiapkan untuk menginvasi Libya.
Chavez dan Gaddafi, bersatu dalam pandangan yang sama terhadap Washington, telah menempa ikatan yang dekat. Oposisi Venezuela telah dengan kuat mengkritisi Chavez untuk hubungan tertutupnya dengan Gaddafi.
Sebelumnya pada Senin, sebuah koalisi partai oposisi memperingtakan bahwa kegagalan Chavez untuk berdiri membela tindakan keras Gaddafi menodai reputasi Venezuela.
"Dengan menjauhkan dirinya sendiri dari sejumlah negara yang mengutuk tindakan kriminal pimpinan Libya tersebut, Chavez membuat negara kita berada di luar untuk menjadi pembelanya dan dengan tidak bertanggung jawab menempatkan kita berdampingan dengan pemerintah yang ditolak oleh komunitas internasional," koalisi tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Politisi oposisi Gustav Azocar menuntut bahwa Chavez meminta Gaddafi untuk mengembalikan sebuah replika pedang yang dulunya milik pahlawan kemerdekaan abad ke-19 Simon Bolivar.
Azcovar mengatakan dalam sebuah email yang dikirim kepada kantor berita Associated Press pada Senin bahwa menteri luar negeri Venezuela, Nicolas Maduro, "Seharusnya menjelaskan mengapa pemerintah memberikan pedang tokoh Liberator, Simon Bolivar, kepada seorang pembunuh seperti Gaddafi."
Chavez memberikan pedang tersebut kepada Gaddafi tahun lalu. Pria yang mengklaim dirinya sendiri sebagai sosialis tersebut telah mengejek pada saran-saran oleh para penasihatnya yang memrotes serupa untuk semua perlawanan yang menyapu Timur Tengah bisa terjadi di Venezuela.
Venezuela dan Libya, keduanya adalah negara pengekspor minyak utama.